Apa Itu Teknologi Micro Piezo Di Printer Epson

Piringan hitam tinggal kenangan. Ia menjadi peninggalan bersejarah sebagai teknologi paling mulanya permintaan fenomena piezoelektrik temuan fisikawan ayunda-beradik berkebangsaan Perancis, yaitu Pierre Curie dan Jacques Curie, pada 1880.

Selama 20 tahun terakhir, firma Epson Jepang menyulap fenomena piezoelektrik itu tak sekadar cak bagi pengembangan teknologi audio. Epson memanfaatkannya cak bagi pengembangan produk mesin-mesin cetak (printer) elektronik.

Piezoelektrik merupakan fenomena setrum yang dihasilkan berusul material padat kuarsa dan kristal nan ditekan dan ditarik. Sebaliknya, jika tegangan listrik dialirkan, dua materi padat ini akan bergetar.

�Epson mengerahkan 80 ahlinya bikin konsentrasi mengembangkan printer dengan piezoelektrik sejak 1990. Permulaan bisa jadi dihasilkan produk inkjet printer Stylus 800 pada 1993,� perkenalan awal Presiden Epson Minoru Usui, Rabu (24/11), pada puncak peringatan 20 masa aplikasi Micro Piezo di Suwa, Jepang.

Micro Piezo adalah merek dagang Epson untuk aplikasi piezoelektrik puas mesin cetak. Lega puncak peringatan 20 tahun, Epson menjemput jurnalis berpangkal beberapa negara Asia, terjadwal Indonesia.

Untuk masyarakat Indonesia, produk Epson sangkutan dikenal akrab sekali pada mesin cetak dot matriks. Riuk satu diversifikasi yang minimal berhasil di pasaran Indonesia adalah LX-300.

Printer LX-300 suar sejak 1984-an. Macam ini dikenal paling bandel. Lihat semata-mata, sampai saat ini masih banyak minimarket yang menggunakannya.

LX-300 lewat gemi dengan pita, layaknya mesin ketik manual. Ciri khusus LX-300, ketika proses mencetak mengecualikan suara berderit layak gigih.

Puas era 1990-an, perusahaan kompetitor berusaha menggeser dengan teknologi terbaru menggunakan tinta alias inkjet. Mesin cetak tinta dari kompetitor itu menggunakan metode termal bikin mengeluarkan tintanya.

Hasil cetakannya memang makin jelas. Ketika proses mencetak pun, bukan menimbulkan suara berisik seperti produk Epson.

Inovasi

Perusahaan Epson bukan berhenti mengembangkan inovasi cak bagi teguh bersaing. Pada 1990, Minoru Usui ditunjuk buat memimpin tim yang beranggotakan 80 insinyur andal Epson.

�Memaksimalkan kekuatan tim dan berusaha melangkaui tantangan bersama, itulah yang dibutuhkan,� introduksi Usui.

Usaha Usui bersama anggota tim lainnya membawa hasil. Micro Piezo berkembang pesat dan memberikan daya produksi mesin cetak Epson yang makin efisien.

Seperti detik ini untuk barang Epson Derita Office 900WD dan 960 WD, diklaim berbiaya 50 komisi lebih invalid dibandingkan mesin cetak laser produk dari firma lainnya.

Menandai peringatan 20 tahun aplikasi Micro Piezo, Usui meluncurkan dua tipe mesin cetak Epson dengan kualitas foto, ialah Epson Stylus Photo TX720W dan Memihak 4900 A2+ untuk kalangan profesional.

Visi ke depan

Endo Koichi menjadi orang kedua setelah Usui yang berhasil menjadikan fenomena piezoelektrik umpama dalaman mesin cetak Epson. Endo sekarang menyandang Chairman Epson buat Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Sira mengatakan, pengeluaran comek mesin cetak nan paling populer detik ini menunggangi metode termal dan piezoelektrik. Metode termal menggunakan print head yang menyatu dengan tangki tinta (cartridge). Panas nan dihasilkan listrik dirancang kerjakan mengasingkan tinta.

Dengan teknologi Micro Piezo, menurut Endo, teknologi ini seperti mana menembakkan tinta. Berbeda dengan mandu termal yang meneteskan dawat.

Kedua metode itu mungkin memiliki kelebihan dan kelemahan setara saban. Namun, Micro Piezo bagi Endo memiliki visi ke depan yang dapat lebih banyak untuk diaplikasikan.

Salah satu permintaan sreg periode depan yang menarik, Micro Piezo dapat pula menembakkan zat lain selain tinta. Misalnya, untuk kepentingan akurasi dan keterukuran pengobatan di bidang kedokteran.

Sumber
: Kompas, 10 Desember 2010

revisi bontot : 10 Desember 2010